Waktu kecil banyak orang dewasa yang bertanya kepada saya tentang cita-cita. sebagian umum anak kecil biasa menjawab menajadi dokter.
Arsitek, ya itulah cita-cita saya saat berada dibangku sekolah dasar. Dulu saya belum tau kriteria menjadi arsitek tetapi setelas SMP saya mengerti kalau arsitek itu pintar menggambar, mendisain dan menghitung. Ah rasanya itu mustahil bagi saya yang kurang mempunyai kemampuan berhitung.
Super Ayah yang saya miliki telah mengispirasikan cita-cita saya saat hopeless jadi arsitek. Ayah yang menjadi sutradara di sebuah salah satu stasiun TV membuat saya berfikir akan menjadi "keren" kalau menjadi sutradara. Selain sutradara saya juga ingin menyalurkan bakat menulis saya. Wah alangkah senangnya apabila cerita yang saya buat dalam bentuk tulisan akan saya wujudkan dalam bentuk audio visual berupa film. Dan saat itu saya mulai mendalami pelajaran bahasa Indonesia. Itulah cita-cita saya saat SMP dan berlanjut ke SMA.
Di akhir masa-masa SMA, disinilah penentuannya karena saya akan melanjutkan ke jenjang Universitas, dan pastinya saya kalau bisa sih tidak boleh asal memilih jurusan dikarenakan menyangkut masa depan saya. Sedikit menyesal karena tidak mendengarkan kata-kata mama dari saya kecil, mama menyarankan saya menjadi guru. Karena saat sudah berumah tangga bisa tetap mengurus rumah karena jam sekolah hanya dari jam 6.30 sampai jam 16.00 sabtu dan minggu libur. selain itu menjadi guru berkah dunia akhirat (insyaallah) selain pekerjaan yang mulia guru juga rata-rata pegawai negri. hmmm.. oke semua kata-kata mama itu telah saya pikirkan masak-masak dan saya mengikuti ujian masuk universitas negri dengan jurusan pendidikan, dari mulai pendidikan sejarah, ekonomi sampai sosiologi. Dan pada akhirnya saya tidak diterima dijurusan manapun.
Putus asa ?
jujur iya. Disaat bingung melanda, dan universitas swasta yang mahal-mahal. Seperti tidak ada pilihan lain pada akhirnya saya masuk universitas swasta dan memilih jurusan komunikasi broadcasting. Semula saya memilih jurusan management ekonomi tetapi saya muak dengan belajar hitung-hitungan. Saya berniat menyambung cita-cita yang sempat terhenti menjadi penulis yang merangkap pembuat visualisasi yang indah.
Sekarang saya sudah smester 5 mendalami ilmu broadcasting, memang harus bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ya, rasa lelah letih saat mempelajari dunia ini serasa tidak sanggup karena fisik, jasmani dan rohani harus kuat. Dengan jam kerja sepanjang hari, dan harus cermat.
Setengah jalan saya lalui, semoga berjung kesuksesan. Suka duka pembelajaran broadcasting yang saya pilih saya harus pertanggung jawabkan dan akan saya wujudkan cita-cita saya. SEMANGAT !
♥ dailynadia
Arsitek, ya itulah cita-cita saya saat berada dibangku sekolah dasar. Dulu saya belum tau kriteria menjadi arsitek tetapi setelas SMP saya mengerti kalau arsitek itu pintar menggambar, mendisain dan menghitung. Ah rasanya itu mustahil bagi saya yang kurang mempunyai kemampuan berhitung.
Super Ayah yang saya miliki telah mengispirasikan cita-cita saya saat hopeless jadi arsitek. Ayah yang menjadi sutradara di sebuah salah satu stasiun TV membuat saya berfikir akan menjadi "keren" kalau menjadi sutradara. Selain sutradara saya juga ingin menyalurkan bakat menulis saya. Wah alangkah senangnya apabila cerita yang saya buat dalam bentuk tulisan akan saya wujudkan dalam bentuk audio visual berupa film. Dan saat itu saya mulai mendalami pelajaran bahasa Indonesia. Itulah cita-cita saya saat SMP dan berlanjut ke SMA.
Di akhir masa-masa SMA, disinilah penentuannya karena saya akan melanjutkan ke jenjang Universitas, dan pastinya saya kalau bisa sih tidak boleh asal memilih jurusan dikarenakan menyangkut masa depan saya. Sedikit menyesal karena tidak mendengarkan kata-kata mama dari saya kecil, mama menyarankan saya menjadi guru. Karena saat sudah berumah tangga bisa tetap mengurus rumah karena jam sekolah hanya dari jam 6.30 sampai jam 16.00 sabtu dan minggu libur. selain itu menjadi guru berkah dunia akhirat (insyaallah) selain pekerjaan yang mulia guru juga rata-rata pegawai negri. hmmm.. oke semua kata-kata mama itu telah saya pikirkan masak-masak dan saya mengikuti ujian masuk universitas negri dengan jurusan pendidikan, dari mulai pendidikan sejarah, ekonomi sampai sosiologi. Dan pada akhirnya saya tidak diterima dijurusan manapun.
Putus asa ?
jujur iya. Disaat bingung melanda, dan universitas swasta yang mahal-mahal. Seperti tidak ada pilihan lain pada akhirnya saya masuk universitas swasta dan memilih jurusan komunikasi broadcasting. Semula saya memilih jurusan management ekonomi tetapi saya muak dengan belajar hitung-hitungan. Saya berniat menyambung cita-cita yang sempat terhenti menjadi penulis yang merangkap pembuat visualisasi yang indah.
Sekarang saya sudah smester 5 mendalami ilmu broadcasting, memang harus bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ya, rasa lelah letih saat mempelajari dunia ini serasa tidak sanggup karena fisik, jasmani dan rohani harus kuat. Dengan jam kerja sepanjang hari, dan harus cermat.
Setengah jalan saya lalui, semoga berjung kesuksesan. Suka duka pembelajaran broadcasting yang saya pilih saya harus pertanggung jawabkan dan akan saya wujudkan cita-cita saya. SEMANGAT !
♥ dailynadia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar